Soeharto Diusulkan Jadi Pahlawan Usulan Jadi Pahlawan Nasional dan Swasembada Pangan Dinyalakan Kembali
Jangkauan Jakarta Pusat – Soeharto Diusulkan Jadi Pahlawan Usulan untuk menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Presiden Republik Indonesia ke‑2, Soeharto, kembali mencuat. Bersamaan dengan itu, partai pengusung usulan—Partai Golkar—menyoroti kembali salah satu era pemerintahan Soeharto yang dianggap gemilang: pencapaian swasembada pangan.
Kronologi dan Proses Usulan
Pengusulan nama Soeharto sebagai calon Pahlawan Nasional dilakukan oleh Kementerian Sosial Republik Indonesia (Kemensos) bersama Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP). Tahapan pengusulan diawali dari tingkat daerah, kemudian gubernur, hingga ke pemerintah pusat.
Pada daftar yang diumumkan, nama Soeharto termasuk di antara sekitar 40 tokoh yang diusulkan untuk gelar Pahlawan Nasional tahun 2025.
Alasan Golkar dan Sorotan atas Jasa Soeharto
Menurut Golkar, salah satu prestasi paling menonjol Soeharto adalah keberhasilan Indonesia mencapai swasembada pangan—termasuk swasembada beras pada tahun 1984.
>Sekretaris Jenderal Golkar, Muhammad Sarmuji, menyatakan bahwa generasi muda mungkin sulit membayangkan kondisi Indonesia sebelum era tersebut: banyak rakyat yang kesulitan memperoleh pangan. “Di bawah kepemimpinan Pak Harto … Indonesia bukan hanya keluar dari krisis pangan, tetapi juga sempat mencapai swasembada yang membanggakan,” ujar Sarmuji.
>Golkar menyebut bahwa pengakuan internasional atas prestasi Indonesia di bidang pangan di masa Soeharto menjadi bagian dari argumen yang mendukung usulan gelar ini.
Baca Juga: Israel Serang Gaza Lagi, Pimpinan Komisi I DPR Minta Pemerintah Ingatkan Perjanjian Damai
Soeharto Diusulkan Jadi Pahlawan Pandangan Para Sejarawan dan Pemberi Catatan
Meski demikian, usulan ini tidak lepas dari kritik dan catatan sejarah.
Soeharto Diusulkan Jadi Pahlawan Syarat dan Mekanisme Formal
Prosesnya: usulan masyarakat → bupati/wali kota → gubernur → Kemensos → Tim TP2GP → Dewan Gelar → keputusan Presiden.
Implikasi Politik dan Sosial
Usulan ini menimbulkan sejumlah implikasi penting:
Persaingan narasi: Ada narasi yang memfokuskan pada prestasi pembangunan (termasuk swasembada pangan) sementara narasi lain menyoroti pelanggaran HAM dan demokrasi.
Refleksi sejarah nasional: Bagaimana generasi kini akan menelaah kembali arti “kepahlawanan” dan “kepemimpinan” melalui sosok yang kontroversial.
Catatan Khusus tentang Swasembada Pangan
Swasembada pangan, terutama beras, sering disebut sebagai salah satu tonggak keberhasilan era Soeharto yang diakui Golkar menekankan bahwa pencapaian tersebut bukan hanya angka, tetapi bagian dari keamanan pangan dan stabilitas sosial pada zamannya.
Kesimpulan
Golkar sebagai pendukung utama mengangkat argumen prestasi pembangunan dan keamanan pangan sebagai bagian dari jasa besar Soeharto. Sementara pihak sejarawan dan masyarakat sipil meminta agar penilaian tidak mengabaikan aspek kontroversi sejarah.
